Jika mendengar nama itu (terutama kata pertama), mungkin agak asing kedengarannya. Karena tiap kali aku menyebutkan nama tersebut, reaksi orang mendengar kata"Laoloza" pasti agak terperangah. "Laoloza..." ihhh namanya aneh yach, gak biasa katanya.
Yaa... Laoloza itu adalah nama anakku. Usianya sekarang hampir 3 tahun. Dia adalah segalanya bagi kami berdua. Nama itu diambil dari bahasa Bima yang artinya pengembara... (kalo tidak salah..). Suamiku Mukhdar M Yusuf yang dengan bangga menyematkan nama itu pada anakku, tau kenapa..... karena dia juga kan dulunya pengembara (taelahh...). Dari Bima mengembara ke Jakarta dan akhirnya mempersunting aku.
"Oza" begitu biasa dia dipanggil. Diusianya yang mau 3 tahun ini, dia sudah pandai berhitung 1-13. Juga berhitung dengan menggunakan jari. Menurut aku sih, dia sangat pintar (soalnya aku ibunya, pasti aku menyebutnya dia pintar...heee)
Yang paling membekas padaku adalah oneday... aku mengajaknya trial di salah satu sekolah play group gitulah, yang pengajarnya juga expat. Sekolah seperti ini kan memang fasilitasnya so pasti bagus banget (dari mainannya, lokasi dan tempat belajar). Ruangan-ruangan disana diberi nama sesuai fungsinya antara lain train section, music section, gym section, dll.
Nah.. kenapa trial yang cuma sekali-kalinya itu membekas di kepala Oza, padahal waktu itu umurnya baru 2 tahun. Karena saat ini aku sedang mencari-cari sekolah untuknya. Dan tiap kali aku atu suamiku tanya "Oza, mau sekolah yach...?", "sekolahnya yang ada tetaapinya kan bunda", "Oja mau yang ada tetaapi (kreta api), obim (mobil). Ooo alhhh nakkk...... sekolah seperti sih mahal, bayarnya juga pake dollar.
Meski dia belum mengerti benar apa yang aku terangkan. Tapi jauh dilubuh hati betapa rasanya sakit juga hati ini (ferihhhh...). Betapa kita (orang tua) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya dan jika itu membuatnya bahagia, termasuk yg menjadi keinginannya. Sampai terkadang kita (orang tua) lupa... memisahkan antara "kebutuhan" dan "kemauan" adalah berperan lebih penting. Jika mungkin harus dipaksakan, mungkin kami cukup bisa memenuhi apa yang Oza minta, tapi.... sebegitukah kami harus memperlakukanya....??? sementara diluar sana masih banyak sekolah-sekolah yang pengajarnya bukan expat, tapi berkualitas juga.
Ini hanya sebuah perenungan buat aku dan suamiku ....
Lilis